Sebenernya aku bingung deh, jenglot harus masuk ke crypto apa ke strange yah? Tapi setelah berbagai pertimbangan plus puasa 1/3 hari dan bertapa di wc aku putusin buat naro jenglot di strange phenomenon..
Siapa yang ga tau jenglot? Bisa dibilang semua orang indonesia tau, bahkan popularitasnya udah nyampe ke luar negeri.. Mau liat jenglot kaya apa? Monggo..
Omaigadamensit.. Sumpah jenglot itu jelek abis.. Amit-amit jabang bayi..
Jenglot mulai terkenal di Indonesia sejak taun 1997, menurut Abas Soegi0no jenglot ini ditemuin setelah sejumlah paranormal ngelakuin tirakat di wlingi, jawa timur.
Ga cuma lewat tirakat lo Readers, kadang jenglot ditemuin secara ga sengaja, bisa di dalem tanah, di dalem pohon, di atap rumah malah mungkin juga di got..
Secara umum bentuk jenglot itu kaya orang, tapi kecil kaya boneka, kumel, gondrong, giginya panjang dan yang bikin jijay adalah, dia makannya darah! Ga heran bagi orang luar, jenglot itu dianggep sejenis vampir.. Meskipun lebih mirip mumi, tapi buat sebagian orang jenglot itu dianggep makhluk idup..
Biar gitu juga tapi jenglot punya keistimewaan, konon dia bisa bawa rejeki.
Iya lah, kalo nemu jenglot kan orang cenderung mau pamerin, tiap ada yang mau liat kudu bayar, terang aja dapet rejeki..
Dia juga bisa ngelindungin orang dari segala bahaya, memperlancar usaha dan juga bisa ngentengin jodoh, ada yang mau coba cari ga Readers?
Secara umum jenis jenglot ada 3:
No.. sayang sekali jenglot itu bukan makhluk idup, paling ga menurut sudut pandang medis..
Liat deh artikel dibawah:
Dibilang orang yang kena kutuk, rasanya mengada-ada juga..
DNAnya juga bukan DNA orang, tapi lebih ke primata, mungkinkah jenglot itu bikinan orang iseng yang nempel-nempelin bagian tubuh hewan secara acak alias hoax? Pemiliknya ga ngebolehin jenglotnya dibedah, ada 2 kemungkinan kenapa dia ga mau jenglotnya dibedah:
"Siapa yang percaya kalo jenglot itu palsu?"
"Sayaaa.."
Sampe sekarang juga penjelasan tentang jenglot masih simpang siur, so, kita tunggu aja sampe ada penjelasan yang memuaskan. At all, kita ga usah takut sama jenglot, bisa apa sih makhluk kecil gondrong yang bisanya cuma diem doang itu?? Diremes juga ancur dia..
"Siapa yang bingung??"
"Sayaaaa.."
Ini dia galeri foto jenglot, buat yang lemah jantung jangan liat ya Readers:
Jenglot mulai terkenal di Indonesia sejak taun 1997, menurut Abas Soegi0no jenglot ini ditemuin setelah sejumlah paranormal ngelakuin tirakat di wlingi, jawa timur.
Ga cuma lewat tirakat lo Readers, kadang jenglot ditemuin secara ga sengaja, bisa di dalem tanah, di dalem pohon, di atap rumah malah mungkin juga di got..
Secara umum bentuk jenglot itu kaya orang, tapi kecil kaya boneka, kumel, gondrong, giginya panjang dan yang bikin jijay adalah, dia makannya darah! Ga heran bagi orang luar, jenglot itu dianggep sejenis vampir.. Meskipun lebih mirip mumi, tapi buat sebagian orang jenglot itu dianggep makhluk idup..
Biar gitu juga tapi jenglot punya keistimewaan, konon dia bisa bawa rejeki.
Iya lah, kalo nemu jenglot kan orang cenderung mau pamerin, tiap ada yang mau liat kudu bayar, terang aja dapet rejeki..
Dia juga bisa ngelindungin orang dari segala bahaya, memperlancar usaha dan juga bisa ngentengin jodoh, ada yang mau coba cari ga Readers?
Secara umum jenis jenglot ada 3:
- Bethoro Karang: cowok
- Bethoro Waton: cewek
- Begawan Kapiworo: banci, eh ga ding, yang ini penjelmaan kera putih
No.. sayang sekali jenglot itu bukan makhluk idup, paling ga menurut sudut pandang medis..
Liat deh artikel dibawah:
Ahli Forensik FKUI-RSCM: Jenglot Bukan Manusia
JENGLOT pernah diperiksa dr Budi Sampurna DSF di bagian Forensik RSCM. Benda sepanjang 10,65 cm, menyerupai boneka menyeramkan itu memiliki bagian serupa kepala, badan, tangan dan kaki serta rambut terurai sepanjang 30 cm. Ukuran masing-masing tampak proporsional. Hanya saja, ukuran kuku-kuku jarinya serta taring sangat panjang. Taring mencuat hampir sepanjang ukuran kepala, kuku juga panjang dan meruncing hingga bukan tidak mungkin membuat bulu kuduk penonton berdiri. "Setiap 35 hari pada Jumat Legi, kita kasih satu tetes darah dicampur minyak javaron seperti kalau banyak orang memberikan sesaji berupa kembang atau kemenyan,” kata Hendra.
Tak ada yang tahu apakah darah tersebut benar-benar diminum atau tidak oleh makhluk seberat 37,2 gram itu. Menurut Hendra, dalam tubuh jenglot masih terdapat kehidupan. Tanda kehidupan itu, menurutnya, dapat dilihat dari bola matanya yang bisa berpindah setiap saat serta rambut dan kukunya yang memanjang. Benarkah jenglot dan kawan-kawannya itu masih hidup atau setidaknya pernah hidup? Hendra dengan berani mengajukan “tantangan” agar para ahli kedokteran menelitinya secara objektif. Tampaknya gayung bersambut. Pihak forensik RSCM tertarik untuk meneliti “kemanusiaan” jenglot. Tentu saja bukan berdasarkan ilmu klenik, tapi secara medis berdasarkan ilmu pengetahuan. Maka pada hari Kamis, 25 September 1997 siang, makhluk jenglot dibawa ke RSCM untuk diperiksa secara medis. Ruang forensik dan ruang rontgent RSCM mendadak penuh sesak pengunjung.
Mereka terdiri dari paramedis, mahasiswa kedokteran, wartawan dan sejumlah pengunjung RS yang tertarik melihat kedatangan jenglot yang ditaruh dalam kotak kayu berukir itu. Ahli Forensik FKUI-RSCM, Budi Sampurna DSF mengatakan, pemeriksaan jenglot dengan latar belakang seperti yang telah diketahui masyarakat luas merupakan tantangan menarik bagi dunia kedokteran untuk membuktikannya dari segi keilmuan. Menurut dr Budi, guna membuktikan kemanusiaan jenglot, maka akan dilakukan deteksi dengan alat rontgent untuk mengetahui struktur tulangnya serta pemeriksaan bahan dasar kehidupan seperti C,H,O atau proteinnya.
Untuk keperluan tersebut, ahli forensik mengambil sampel dari bahan yang diduga sebagai kulit atau daging jenglot serta sehelai rambutnya. Pengambilan sampel dilakuan sendiri oleh Hendra yang saat datang ke RSCM membawa serta tiga batang hio. "Untuk jaga-jaga, jangan-jangan ada yang kena sawab-nya (pengaruh)," katanya perihal hio.
Dokter Djaya Surya Atmaja kemudian memotret dan mengukur berbagai bagian “tubuh” jenglot. Setelah itu dokter spesialis radiologi, dr Muh Ilyas memeriksa jenglot menggunakan sinar X. Dalam pemerikasaan lebih lanjut Hendra menolak barang koleksinya dibedah. Alasannya, jasad Jenglot akan rusak. "Akibat tidak baik bagi kita semua," katanya.
Usai pemeriksaan ternyata hasilnya menyatakan jenglot tak memiliki struktur tulang. Hasil rontgent yang disaksikan puluhan wartawan, paramedis, mahasiswa praktek, ternyata hanya menampilkan bentuk struktur menyerupai penyangga dari kepala hingga badan. Selain itu terlihat juga jaringan kuku dan empat gigi selebihnya tak ada. "Ada bagian jaringan serupa daging, namun kita belum bisa memastikan apakah itu daging atau bahan lainnya," kata Muh Ilyas.
Guna mendapat hasil lebih mendetail, maka jenglot diteliti dengan CT Scan. Ternyata jenglot tidak memiliki struktur seperti manusia kendati kenampakan luar menyerupai manusia. Kini pihak Forensik FKUI-RSCM masih meneliti sampel kulit/daging serta rambut jenglot untuk mengetahui golongan darah, DNA-nya. "Memakan waktu sekitar tiga minggu," katanya.
Menanggapi hasil tersebut, Hendra mengatakan, "Apa pun hasilnya kita harus terima dong," katanya. Majalah Gatra, Nomor 52/III, 15 November 1997 memberikan laporannya mengenai jenglot. Penelitian yang dilakukan Dokter Djaja Surya Atmaja PhD, dari Universitas Indonesia menunjukkan bahwa contoh kulit jenglot yang diperiksa memiliki karakteristik sebagai DNA (deoxyribosenucleic acid) manusia. "Saya kaget menemui kenyataan ini," kata Djaja, doktor di bidang DNA forensik lulusan Kobe University, Jepang, 1995.
Namun Djaja menolak anggapan seolah ia mengakui jenglot sebagai manusia. "Tapi sampel yang saya ambil dari jenglot menunjukkan karakteristik manusia," katanya. Adapun sampelnya berupa sayatan kulit jenglot berukuran setengah luas kuku, yang mengelupas dari lengannya. Contoh kulit itulah yang kemudian ditelitinya di Laboratorium RSCM atas prakarsa dan biaya pribadi. Spesimen seirisan kulit bawang itu kemudian diekstraksi agar DNA-nya keluar dari inti sel. DNA merupakan material genetik berupa basa protein panjang yang membangun struktur kromosom. Pada inti sel manusia terdapat 23 pasang kromosom. Masing-masing bisa dipenggal-penggal menjadi banyak lokus, satu unit yang membangun sifat bawaan tertentu.
Djaja memeriksa DNA Jenglot pada lokus nomor D1S80 dari kromosom 1 dan HLA-DQA1 dari kromosom 5, serta lima lokus khusus lain dengan teknik PCR (polymerase chain reaction). Pemeriksaan HLA-DLA-DQA1 memberikan hasil positif. Artinya, spesimen Jenglot itu berasal dari keluarga primata -bisa monyet, bisa pula manusia. Namun dari penyelidikan atas lokus D1S80, Djaja mendapat kepastian bahwa sampel DNA itu berkarakteristik sama dengan manusia. Temuan mengejutkan itu diperkuat dengan kajian mesin PCR. "Hasilnya begitu, saya harus bilang apa," kata satu-satunya ahli DNA forensik Indonesia berusia 37 tahun itu. Hendra Hartanto gembira mendengar hasil penelitian Djaja. "Ini menyangkut peninggalan sejarah yang berumur 3.112 tahun," katanya ketika ditemui Gatra di pameran Gelar Benda Pusaka Jenglot, di Plaza Metro Sunter, Jakarta Utara waktu itu.
Dokter Budi Pramono, yang pernah merontgen jenglot, terkejut mendengar hasil penelitian Djaja Surya. "Mirip bagaimana? Harus jelas. Saya kok kurang percaya. Nanti saya akan mengonfirmasikan langsung ke Dokter Djaja," katanya. Yang pasti, Budi tak percaya jika jenglot dianggap hidup. "Makhluk hidup itu perlu makan dan bernapas. Lalu strukturnya perlu tulang, jantung, paru, dan lain-lain. Jenglot tak mempunyai itu semua," katanya.
Untuk menjelaskan sosok jenglot secara lengkap, kata Budi, perlu diteliti lebih jauh struktur anatominya, aspek mikroskopis jaringannya, bahkan enzim yang ada di tubuhnya. Pimpinan RSCM sempat tertarik untuk meneliti Jenglot. Namun setelah Budi melaporkan bahwa jenglot tak memiliki kelengkapan organ sebagai makhluk, niat itu surut. Jenglot dianggap seperti karya mistik lainnya yang tak mengandung tantangan ilmiah. Sampai kemudian Djaja Surya menguji DNA dari kulit lengannya, yang ternyata berkarakteristik manusia. Tapi Djaja pun tak memutlakkan temuannya. Bisa saja penyelidikannya meleset karena sampelnya terkontaminasi. "Misalnya, kulit jenglot sebelumnya terkena olesan darah manusia," katanya.
Okeh, artikel diatas itu ga lengkap, buat yang penasaran klik kata pertama di paragraf kedua..
Waktu jenglot dipamerkan, seorang bapak yang mengaku dari Salatiga yang bertanya, "Bisakah jenglot berkembang biak?'' Ga bisa lah, titit aja ga punya..
Tambah bingung deh.. Mending miara kucing, imut-imut.. Kalo jenglot mah, hii.. amit-amit..
Jenglot itu tapi apa ya Readers?Dibilang orang yang kena kutuk, rasanya mengada-ada juga..
DNAnya juga bukan DNA orang, tapi lebih ke primata, mungkinkah jenglot itu bikinan orang iseng yang nempel-nempelin bagian tubuh hewan secara acak alias hoax? Pemiliknya ga ngebolehin jenglotnya dibedah, ada 2 kemungkinan kenapa dia ga mau jenglotnya dibedah:
- takut kena kutuk
- punya motif lain
"Siapa yang percaya kalo jenglot itu palsu?"
"Sayaaa.."
Sampe sekarang juga penjelasan tentang jenglot masih simpang siur, so, kita tunggu aja sampe ada penjelasan yang memuaskan. At all, kita ga usah takut sama jenglot, bisa apa sih makhluk kecil gondrong yang bisanya cuma diem doang itu?? Diremes juga ancur dia..
"Siapa yang bingung??"
"Sayaaaa.."
Ini dia galeri foto jenglot, buat yang lemah jantung jangan liat ya Readers: